Wanita di Kediri Andalkan JKN untuk Biaya Operasi Jantung Bocor Sang Anak

Jakarta - Adanya Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah memberikan kemudahan masyarakat Indonesia dalam mengakses layanan kesehatan. Manfaat ini pun dirasakan peserta JKN asal Kediri Emma Megasari (37) untuk membantu biaya pengobatan anaknya.

Terdiagnosa Atrial Septal Defect (ASD) atau yang lebih dikenal sebagai jantung bocor, anaknya yang masih berusia sebelas tahun harus menjalani operasi yang termasuk dalam kategori berbiaya tinggi.

Emma bercerita awal mula putrinya didiagnosa ASD karena kondisi trombosit yang turun signifikan. Saat itu, ia memutuskan untuk segera membawa anaknya ke rumah sakit. Ternyata sang anak harus menjalani rawat inap karena kondisi trombosit dan detak jantungnya tidak normal.

"Anak saya didiagnosa mengalami kebocoran jantung. Program JKN sudah banyak membantu kami dalam pembiayaan pelayanan kesehatan anak saya selama di rumah sakit," ungkap Emma dalam keterangannya, Selasa (7/5/2024).

Setelah menjalani rawat inap selama kurang lebih dua minggu, lanjut Emma, dokter menganjurkan agar putrinya mendapatkan perawatan lebih mendetail. Akhirnya sang anak pun dirujuk ke salah satu rumah sakit di Malang untuk menjalani operasi dan dirawat kembali selama kurang lebih satu minggu.

Tidak sampai di situ, pascaoperasi putrinya juga harus menjalani kontrol rutin sebanyak enam kali. Namun, Emma bersyukur semua biaya pelayanan kesehatan putrinya ditanggung Program JKN.

"Seandainya tidak ditanggung Program JKN, kemungkinan akan mengeluarkan biaya untuk operasi jantung putri saya mencapai kurang lebih 100 juta rupiah. Alhamdulillah semua dijamin, saya tidak mengeluarkan biaya sama sekali. Kalau tidak ada JKN, entah dari mana saya harus mencari biaya, apalagi operasi jantung itu biayanya pasti sangat besar," paparnya.

Selama mendapatkan perawatan, Emma mengaku putrinya mendapatkan pelayanan yang memuaskan, baik di Kediri maupun di Malang. Ia pun yakin putrinya akan mendapatkan pelayanan kesehatan yang dijamin sampai tuntas. Oleh karenanya, Emma mengaku tidak keberatan jika harus membayar iuran JKN setiap bulannya.

"Masih ada sebagian peserta JKN yang merasa rugi menjadi peserta JKN. Tapi menurut saya, justru iuran yang dibayarkan akan kembali dan bermanfaat untuk kita sendiri dan keluarga ketika membutuhkan pelayanan kesehatan. Selain itu, kalau ternyata kita tetap diberikan kesehatan, artinya iuran kita juga membantu sesama," ucapnya.

Berkat pengalamannya, Emma kerap menjelaskan terkait Program JKN jika ada kerabat yang bertanya tentang program ini. Menurutnya, ia yakin masih ada sekelompok orang yang belum paham iuran JKN yang dibayarkan setiap bulannya ke mana dan untuk siapa.

"Iuran peserta JKN yang sehat digunakan untuk membayar biaya pelayanan kesehatan peserta yang sakit, jadi semacam subsidi silang begitu. Melalui JKN semua akan tertolong jika memerlukan layanan kesehatan sewaktu-waktu. Apalagi sakit tidak bisa diduga kapan datangnya," katanya.

Emma menambahkan, dengan terdaftar dalam Program JKN akan memudahkan ketika membutuhkan pelayanan kesehatan. Pasalnya, ia tak perlu lagi khawatir akan biaya yang harus dikeluarkan karena semua sudah dijamin ketika menggunakan JKN.

Meski demikian, Emma berharap BPJS Kesehatan dapat terus memastikan implementasi pelayanan yang diberikan fasilitas kesehatan untuk memberikan pelayanan yang semakin baik bagi seluruh peserta JKN.

"Motivasi saya untuk masyarakat yang masih belum mendaftar atau ragu dengan Program JKN, bahwa dengan memiliki JKN akan memudahkan kita jika mendadak membutuhkan untuk berobat, ketika keluarga sedang sakit. Harapannya, BPJS Kesehatan juga terus memastikan peraturan yang harus dilaksanakan oleh fasilitas kesehatan," pungkasnya.

detik.com

Berita Tekait

Policy Paper