Pelayanan Kesehatan Gratis Seluruh Warga Bontang

Sejak tahun 2006 seluruh penduduk Kota Bontang yang berjumlah 175.955 jiwa telah mendapat pelayanan kesehatan gratis melalui perpaduan Jamkesmas (jaminan kesehatan masyarakat) dan Jamkesda (jaminan kesehatan Daerah).

Letak geografis Kota Bontang yang didominasi lautan, dimana wilayah daratan hanya seluas 147,80 km2 (29,70%), sedangkan luas wilayah seluruhnya 497,57 km2, tidak menghalangi warga untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara gratis dengan baik, bahkan Pemkot Bontang telah menempatkan kesehatan sebagai prioritas yang harus dikedepankan dalam upaya membangun Kota Bontang yang tertib, aman dan nyaman.

Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan, Pemerintah Kota Bontang pada tahun 2011 mengalokasikan anggaran sebesar Rp 88,60 miliar, sedangkan untuk tahun 2012 naik menjadi Rp 102,42 atau mengalami kenaikan sebesar 15,60%

Guna mengoptimalkan pelayanan kesehatan gratis, Pemkot Bontang melaksanakan perpaduan Jamkesmas dan Jamkesda, dimana dukungan anggaran dari APBN ditambah atau dipadukan dengan anggaran APBD Provinsi dan APBD Kota Bontang. Pada tahun 2011 anggaran Jamkesmas di Kota Bontang sebesar Rp 335,98 juta untuk 36.362 peserta, dan anggaran Jamkesda sebesar Rp 14,53 miliar untuk 70.566  peserta. Sementara anggaran Jamkesmas untuk  tahun 2012 menjadi sebesar Rp 345,14 juta dengan jumlah peserta yang sama yaitu sebanyak 36.362, sedangkan untuk Jamkesda tahun 2012  sebesar Rp 13 miliar yang digunakan untuk pelayanan kesehatan prima masyarakat yang tidak tertanggung Jamkesmas, Askes, Asabri, Jamsostek, dan sebagainya.

Di samping itu, pada tahun 2011 Pemerintah Kota Bontang juga mendapat dukungan anggaran Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk bidang kesehatan sebesar Rp 803,40 juta yang digunakan untuk pengadaan peralatan hematologi analyzer dan  urinalis analyzer. Selain itu, dianggarkan pula untuk Jampersal sebesar Rp 399,83 juta dengan sasaran 3.561 ibu hamil, sedangkan untuk tahun 2012 sebesar Rp 649,53 juta dengan sasaran 3.476  ibu hamil. Program gizi tahun 2012 program makanan tambahan (PMT) pemulihan gizi kurang untuk 250 balita dialokasikan anggaran Rp 388,50 juta, makanan pendamping (MP) ASI untuk 60 balita sebesar Rp 90 juta, PMT sebesar Rp 150 juta untuk 100 orang ibu hamil resiko tinggi (Bumil Resti) PMT klinik gizi (PKM BU II) sebesar Rp 9,60 juta untuk 48 orang, PMT klinik gizi (PKM BB) sebesar Rp 9,60 juta untuk 48 orang.

Pelayanan kesehatan di Kota Bontang, terbilang khusus, karena menerapkan pelayanan di luar gedung dengan promotif dan preventif, sedangkan untuk kuratif dilaksanakan oleh dokter keluarga yang ada di 8 titik wilayah Kota Bontang, yaitu di jalan Ahmad Yani RT 11 dan RT 08, jln. D.I. Panjaitan no. 60,jln. R.E Martadinata RT 16, jln. Tarigantar RT 9, jln Pelabuhan depan Dinas Perikanan dan Kelautan, jln Agus Salim ex gedung koperasi kopkar, dan jln S. Parman No. 20. Pelayanan demikian dimaksudkan para  pasien mudah menjangkau keberadaan dokter di daerahnya, sehingga penanganan kesehatan secara dini dapat teratasi. Namun belakangan saat peninjauan diketahui bahwa pelaksanaan pelayanan melalui dokter keluarga nampaknya berubah, dimana banyak pasien berobat lagi ke puskesmasatau pustu terdekat seperti yang lalu. Perubahan pelayanan ini nampaknya tidak mengalami kendala yang berarti, karena jumlah dan kemampuan puskesmas atau pustu di Kota Bontang terus ditambah, sehingga mampu melayani pasien dengan mudah dan cepat.

Memang, kini warga Bontang, tidak perlu lagi harus berobat jauh ke kecamatan atau kelurahan lain yang memiliki gedung, fasilitas dan tenaga kesehatan tersendiri, tapi cukup di wilayah kecamatan/kelurahannya sendiri. Pelayanan kesehatan ini dapat terlaksana, karena di Kota Bontang tersebar fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai yaitu RSUD (1 unit), RS Swasta (3 unit) Puskesmas (6 unit), Puskesmas Pembantu/Pustu (2 unit) Posyandu (108 unit), Klinik (2 unit) yang mampu menjangkau 3 kecamatan dan 15 kelurahan  di seluruh Kota Bontang.

Keberadaan Puskesmas atau Pustu yang terletak dekat pemukiman penduduk Kota Bontang  sangat membantu warga masyarakat miskin dalam memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatan.Kini bila ada warga yang sakit, ybs atau keluarganya dapat dengan cepat  mendatangi Puskesmas atau Pustu, kemudian mendaftar dengan menunjukkan kartu Jamkesmas/Jamkesda.setelah dicatat/didata dalam komputer, ybs diberi nomor untuk menunggu giliran pemanggilan untuk diperiksa. setelah diperiksa, ybs diberi resep untuk mengambil obat atau mendapat surat rujukan bagi yang memerlukan pengobatan lanjutan di RS. Khusus bagi warga yang belum memeiliki kartu Jamkesmas/Jamkesda dikenakan biaya Rp  6.500 .  Kecepatan menangani warga yang sakit secara dini, mengakibatkan warga yang sakit dapat  ditangani secepat mungkin, sehingga berdampak terhadap angka kematian bayi, balita atau ibu yang relatif  dapat ditekan sekecil mungkin. 

Berbagai upaya pelayanan kesehatan berdampak kepada peningkatan derajat kesehatan di masyarakat, antara lain  pada angka kematian bayi (AKB) 10,1 per 1000 kelahiran hidup yang masih berada di bawah standar MDGs yaitu 23/1000 kelahiran hidup. Kematian bayi terbesar terjadi pada masa neonatal (0-28 hari) sebanyak 75%. Begitu pula angka kematian balita (AKBA) 10,4 per 1000 kelahiran hidup masih memenuhi target yaitu 32 per 1000 kelahiran hidup berarti berada di bawah standar yaitu 58 per 1.000 balita. Kematian balita terbesar terjadi pada kelompok bayi (0-11 bulan) yakni 96,9 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian ibu (AKI) pada tahun 2011 sebesar 63 per 100.000 kelahiran hidup menurun dibanding tahun 2010 sebesar 93,1 per 100.000 kelahiran hidup.   Jika dibanding standar nasional AKI sebesar 150 per 100.000 dan standar MDGs sebesar 102 per 100.000 berarti AKI di Kota Bontang masih dibawah angka nasional ataupun MDGs.

Dalam rangka menyelenggarakan pelaya-nan kesehatan yang prima kepada masyarakat luas, Pemerintah Kota Bontang mendayagunakan sarana, prasarana dan tenaga medis  yang ada di daerah tersebut secara optimal yaitu 1 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), 3 RS Swasta,  1 RS bersalin, 6 unit Puskesmas, 2 unit Pustu, 108 Posyandu dan 2 unit Balai Pengobatan/klinik dengan jumlah tenaga kesehatan sebanyak 847 orang terdiri dari dokter umum 87 orang, dokter spesialis 23 orang, dokter gigi 34 orang, tenaga kepe-rawatan 513 orang, tenaga kefarmasian 77 orang, tenaga gizi 12 orang, tenaga kesehatan masyarakat 29 orang dan tenaga keteknisan medis 64 orang. Di samping itu di-
selenggarakan pula kerjasama lintas batas dengan kabupaten tetangga, seperti Kutai Timur dan Kutai Kertanegara, dimana warga daerah tersebut bisa berobat di wilayah Kota Bontang atau sebaliknya secara gratis dengan biaya ditanggung oleh Pemda di mana warga tsb bertempat tinggal.

Tenaga kesehatan untuk tingkat Puskesmas rawat inap antara lain memiliki 4-5 dokter ditambah 17-20 bidan/perawat, 1 tenaga farmasi dan  1 ahli gizi, sementara pada  Puskesmas rawat jalan diperkrkuat  2-3 dokter dengan 13-15 bidan/perawat, 1 tenaga farmasi dan 1 ahli gizi. Sedangkan untuk daerah pesisir  seperti Tihi-Tihi dan Selangan yang terletak jauh dari Kota Bontang,  hanya terdapat Posyandu masing-masing 1 tenaga kesehatan bidan yang ada satu kali dalam seminggu. Untuk ketersediaan obat-obatan jenis generik di Puskesmas atau Pustu masih tercukupi, seperti amoxilin, parasetamol, CTM, tetracilin, asam mefenamat, ometrajol, antasida, cimetidin, grisiofulvin,  anti biotik, dsb, sehingga warga yang membutuhkan obat bisa terlayani dengan cepat..

Saat peninjauan di RSUD Kota Bontang, terlihat sarana dan prasarana dalam kondisi terawat baik dimana tembok, lantai, kamar mandi, lampu penerangan dan atap dalam kondisi bersih. Ketersediaan obat-obatan tercukupi dan belum pernah ada kekurangan, begitu pula alat kesehatan yang dibutuhkan untuk perawatan pasien cukup memadai. Namun kendala yang sering dihadapi adalah kurang pasokan listrik, sehingga setip pukul 18.00 – 06.00 di RSUD menggunakan diesel. Sementara untuk Puskesmas dan  Pustu atau Posyandu kondisinya cukup baik, dimana bangunan, ruangan periksa, rawat inap dan sebagainya dalam kondisi yang memadai, dimana umumnya bertembok bersih, tempat tidur yang standar, kamar mandi yang bersih, lampu penerangan cukup, air cukup lancar serta kamar obat yang kecil namun bersih, dsb. Peralatan kesehatan dan sarana kesehatan di Puskesmas dan Pustu seperti meja periksa, alat tensi, statescope, timbangan, alat minor surgery, kamar obat, dsb dalam kondisi baik, namun perlu penekanan dalam hal pemeliharaan.

Sedangkan menurut data yang tercatat sampai dengan awal bulan Desember 2012, terdapat 10 penyakit terbanyak di Kota Bontang yaitu infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) sebanyak 16.509 kasus, hipertensi prime sebanyak 6.223 kasus, pharingitis sebanyak 5.401 kasus, dyspepsia sebanyak 4.762 kasus, diare & gastroenteritis (penyebab infeksi tertentu sebanyak 2.989 kasus, observasi febris sebanyak 2.705 kasus, penyakit pulpa & jaringan periapikal sebanyak 2.409 kasus, atopic dermatitis 2.150 kasus, infeksi akut lain pada saluran pernafasan atas sebanyak 1.967 dan penyakit susunan syaraf lain-lain sebanyak 1.672 kasus.  Dari banyaknya kasus penyakit jenis ISPA bisa diduga karena, selain  di Kota Bontang dalam kondisi kemarau panjang (jarang hujan), dimana banyak berterbangan debu, juga banyak  terdapat industri atau pabrik-pabrik besar serta sedang giatnya melakukan  pembangunan infrastruktur daerah, sehingga mempengaruhi kondisi kwalitas udara di wilayah Kota Bontang dan sekitarnya. Secara keseluruhan terjadi pergeseran pola penyakit pada masyarakat Kota Bontang, dimana penyakit degeneratif telah menjadi masalah kesehatan, sehingga perlu upaya promotif dan preventif yang maksimal agar dapat menekan tingkat pertumbuhan penyakit tersebut.

Dalam kesempatan peninjauan di RSUD Kota Bontang, tim bertemu dengan Poniti (55 tahun), yaitu pasien yang menderita sakit gula (diabetes) dan sakit perut yang sudah menjalani perawatan selama 5 hari di kelas III  RSUD ini. Pasien Jamkesmas ini mengaku senang mendapat pelayanan dari petugas kesehatan disini, karena ramah dan penuh perhatian kepada pasien. “Saya senang punya Jamkesmas, karena semuanya gratis. Dokter tiap hari periksa saya dan makan 3 kali sehari dengan lauk bagus, ada tempe, telor dan sayur. Obat-obatan di apotek rumah sakit juga gratis,” ujarnya.

Sugiarsih Pasien berikutnya yang ditemui adalah Sugiarsih (67 tahun), warga jalan Diponegoro RT 16 Bontang. Pasien yang juga menderita diabetes  ini sudah dirawat sejak 14  November 2012 atau sudah 19 hari dengan menggunakan fasilitas kartu Jamkesda. Menurut janda yang  suaminya meninggal  pada tahun 1980 ini mengaku puas atas pelayanan dan fasilitas kesehatan gratis di RSUD. ”Ruangan dan tempat tidur  disini bersih dan  kamar mandinya juga bagus,”paparnya dengan senang.

Ungkapan positif tentang fasilitas Jamkesmas juga keluar dari pasien Pasallo (52 tahun), pedagang ayam di pasar. Pasien yang menderita retensio urine (tidak bisa kencing) beranak 5 anak ini masuk  RSUD dirawat sejak 28 November 2012 atau sudah 4 hari dan  menurut pengakuannya, ia sangat terbantu dengan adanya fasilitas dari Jamkesmas. “Kami bersyukur punya Jamkesmas, sehingga tidak bayar berobat disini. Kalau berobat di luar pasti habisnya jutaan,” ungkap Syahrir, anak Pasallo yang sedang menunggu ini..  

Pasien berikutnya yang ditemui adalah Siti Sundari (49 tahun), warga Teluk rawa RT 16 Kelurahan Sangatta Kota, Kutai Timur. Pasien yang juga menderita diabetes (DM II + abses pedis) ini sudah dirawat sejak 5 November 2012 dan hanya menggunakan Surat Keterangan Tidak Mampu, karena kartu Jamkesmas masih dalam proses pembuatan. Menurutnya, kenapa ia berobat ke RSUD Kota Bontang, karena peralatan operasi di RS Sangatta yang akan digunakan dalam kondisi rusak.”Dari pada menunggu lama, lebih baik saya berobat disini, karena disini juga gratis,”paparnya dengan senang. Begitu pula yang diutarakan Suharto (49 tahun),  warga Lok Tuan RT 31 Kelurahan Lok Tuan Kecamatan Bontang Utara. Menurutnya, ia patah kaki dan sobek karena kecelakaan motor pada 18 November 2012 malam hari sekitar 20.30 di dekat Gapura Selamat Datang dan dioperasi pada tanggal 19 November 2012. “Salut atas pelayanan kesehatan di RS ini, karena kami besoknya langsung dioperasi,” kata Suharto dengan kaki masih dipen itu.

Berdasarkan pantauan dan pengakuan para pasien, pelayanan oleh petugas kesehatan dirasakan baik dan memuaskan, dimana setiap hari perawat dan dokter selalu memeriksa kondisi pasien serta memberi menu makanan yang cukup baik dan enak. Begitu pula dalam hal pelayanan obat di apotek dapat diakses secara mudah. Dari pelayanan kesehatan dan  pemenuhan kebutuhan obat, semuanya gratis tanpa bayar. Namun sayang, meskipun di kelas III ada fasilitas AC tapi tidak bisa digunakan, karena selain kurangnya pasokan listrik dari PLN, juga .kondisi AC sentral yang tidak berjalan normal, dimana dari 3 chiller yang ada, hanya 2 yang beroperasi, karena 1 rusak, sehingga banyak ruangan yang terasa panas, bahkan beberapa ruangan menggunakan kipas angin pribadi.

Pada kesempatan lain, tim juga melakukan peninjauan ke Puskesmas Bontang Selatan 1 di Kecamatan Bontang Selatan. Di Puskesmas yang setiap harinya melayani pasien sekitar 100 hingga 120 di pagi hari dan 50 sampai 70 orang sore hari hingga pukul 22.00 terlihat banyak pasien yang berobat, perawatan rutin atau berobat jalan. Salah satu di antaranya adalah pasien Rasmini (42 tahun), warga Bukit Indah jalan anggrek 1 RT 37 No. 50 Bontang Selatan. Pasien yang sedang berobat/konsultasi tentang penyakit pembengkakan jantung ini mengaku baru tahu penyakitnya sejak tahun 2011. Sebelumnya, pada tahun 2010, ia pernah terkena stroke (mati sebelah), namun setelah 2 bulan dirawat di RSUD menjadi pulih kembali. “Saya berterimakasih kepada pemerintah atas Jamkesmas ini. Bila tidak ada Jamkesmas, saya pasti bayarnya di atas puluhan juta rupiah,” ujar isteri supir tangki ini.

Lain halnya dengan Nuriah (43 tahun), istri kuli bangunan, warga Gunungsari RT 06 Kelurahan Tanjung Laut, Kecamatan Bontang Selatan. Menurut buruh cuci yang mendapat bayaran Rp 250 ribu sebulan ini mengaku menderita darah tinggi dan sudah 4 bulan ini selalu meminta obat, jika obatnya di rumah sudah habis. “Alhamdulillah setiap berobat dan ambil obat selalu gratis. Saya tidak pernah beli obat di apotek, karena sudah dikasih dari Puskesmas ini. Kondisi saya sekarang lumayan dibandingkan sebelumnya,” tuturnya dengan senyum.

Umumnya para pasien merasa senang bisa mendapatkan pelayanan kesehatan gratis yang begitu baik, dan tidak sedikitpun mengeluarkan biaya. Oleh karena itu, mereka sangat mengharapkan program Jamkesmas dan Jamkesda terus dikembangkan agar lebih baik lagi, karena terbukti sangat bermanfaat dan menolong warga miskin di Kota Bontang. Adanya perpaduan Jamkesmas yang dibiayai APBN dan didukung Jamkesda yang dibiayai APBD Kota Bontang membuat pelayanan kesehatan gratis kepada masyarakat miskin semakin luas terlayani dengan mudah, cepat dan berkwalitas, sehingga mendukung terwujudnya derajat kesehatan yang lebih baik.

Saat peninjauan diketahui bahwa ketersediaan obat-obatan baik di rumah sakit, Puskesmas, dan Pustu, semuanya dalam batas tercukupi, khususnya jenis generik seperti amoxilin, parasetamol, CTM,  tetracilin, anti biotik,  sehingga tidak membebani keluarga pasien untuk beli obat di luar, bahkan mempermudah memberikan pelayanan pada pasien.

Secara nasional  sejak  tahun  2005 Pemerintah melaksanakan program pengobatan gratis bagi rakyat  miskin di  seluruh Indonesia yang tercatat dalam database Badan Pusat Statistik (BPS) melalui program Jamkesmas di rumah sakit kelas III milik pemerintah dan Puskesmas. Pelaksanaan  kesehatan  gratis didukung anggaran Jamkesmas tahun 2010 sebesar Rp 5,1 triliun, naik menjadi Rp 6,3 triliun pada tahun 2011. Pada tahun 2012 anggaran kesehatan gratis meningkat menjadi Rp 7,55 triliun yang meliputi Jamkesmas Rp 5,9 triliun dan Jaminan Persalinan (Jampersal) Rp 1,65 triliun.

Bagi  rakyat  miskin yang tidak masuk kuota Jamkesmas ditangani melalui program  Jamkesda yang dibiayai oleh Pemda. Hingga tahun 2011, Pemda yang mengalokasikan anggaran untuk Jamkesda tercatat sebanyak 342 kabupaten/kota yang tersebar di 33 provinsi

Di samping itu, pemerintah  juga  mengalokasikan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) untuk meningkatkan kinerja Puskesmas di bidang pelayanan kesehatan, khususnya dalam melakukan pencegahan dan menyosialisasikan perilaku hidup sehat. Pada tahun 2011 sebanyak 8.500 Puskesmas mendapat  BOK Rp 10 juta per bulan atau 120 juta/tahun. Anggaran BOK tahun 2011 dialokasikan Rp 1,03 triliun. Selain itu juga dilaksanakan  program  Jaminan Persalinan (Jampersal), yakni program  pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan dan pelayanan nifas, termasuk pelayanan KB pasca persalinan bagi seluruh ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir secara gratis.

Begitu pula untuk fasilitas kesehatan terus ditingkatkan, dari 1.268 unit pada tahun 2005 meningkat menjadi 1.523 unit pada tahun 2010.  Terdapat penambahan 255 rumah sakit selama kurun waktu 5 tahun, namun peningkatan terpesat terjadi pada tahun 2009 ke tahun 2010, dengan jumlah 154 RS, di antaranya 44 RSUD, 13 RS TNI/Polri dan 97 RS swasta. Dari tambahan 154 RS tersebut, 23 RS berlokasi di daerah bermasalah kesehatan yang tersebar di 10 provinsi.

Khusus bagi daerah terpencil, pemerintah menyediakan 14  Rumah Sakit Bergerak (RSB) yang dilengkapi fasilitas pelayanan kesehatan seperti rawat inap, rawat jalan, gawat darurat selama 24 jam. Pembiayaan operasional RSB  pada tahun pertama 100% ditanggung oleh Kementerian Kesehatan. Selanjutnya menginjak tahun kedua biaya operasional dibebankan 75% pada Kementerian Kesehatan dan 25% pada Pemda, pada tahun ketiga biaya 50% ditanggung Kementerian Kesehatan dan 50% ditanggung Pemda, sedangkan  pada tahun keempat biaya 100% diserahkan pada Pemda

Berita Tekait

Policy Paper