12 July 2017
Reportase iHEA 2017
Hari 2, 10 Juli 2017
Sesi: Transforming Health Systems Financing: Making Sure the Poor Are Not Left Behind
Oleh: Firdaus Hafidz
Boston - 10/7/2017. Dalam sesi “Transforming Health Systems Financing: Making Sure the Poor Are Not Left Behind”, penelitian-penelitian yang disajikan lebih ditekankan untuk memastikan equity pelayanan, dan pembiayaan kesehatan dalam era Universal Health Coverage (UHC). Berikut adalah judul dan pembicara dan sesi terkait:
- The Distribution of Public Primary Health Care Benefits in South Africa: Implications for Universal Health Coverage, oleh: John Ataguba, University of Cape Town, South Africa
- Financing for Universal Health Coverage: An Analysis of Trends in Financing Incidence in Tanzania, oleh: Josephine Borghi, London School of Hygiene & Tropical Medicine, United Kingdom;
- Sharing the Benefits from Government Health Spending in Cambodia: How Much do the Poor Get? Oleh: Por Ir, Institute of Public Health, Cambodian Ministry of Health, Cambodia
- Financing for Universal Health Coverage in Fiji - A Systems-Wide Assessment, oleh: Augustine Asante, University of New South Wales, Australia
Seluruh negara memiliki kesamaan yakni komitmen pemerintah dalam pelaksanaan Universal Health Coverage melalui asuransi kesehatan nasional. Diperlukan evaluasi terkait equity untuk memastikan apakah tujuan dari kebijakan ini sesuai harapan untuk melindungi orang miskin, atau malah sebaliknya. Penelitian dengan metode benefit incidence analysis (BIA), financing incidence analysis (FIA).
Beberapa kesimpulan yang kami peroleh antara lain: bahwa asuransi kesehatan memiliki asosiasi terhadap progresivitas pembaiyaan secara umum. Jika terjadi regresitivitas, berarti terjadi permasalahan dalam targeting masyarakat miskin. Pembiayaan earmarked merupakan salah satu strategi untuk mengatasi regresitivitas. Pasalnya pajak rokok sebagian besar masih regresif.
Dalam pemanfaatan layanan kesehatan, hampir semua penelitian juga menunjukkan hal yang sama, yakni fasilitas kesehatan pubilk primer cenderung pro poor, namun rumah sakit masih pro rich yang disebabkan oleh permasalahan akses fisik dan biaya. Masyarakat kaya mampu membayar rumah sakit secara mandiri. Oleh karena itu, salah satu rekomendasinya adalah dengan meningkatkan kapasitas dan kualitas fasilitas kesehatan yang saat ini sudah pro poor sehingga bisa menghasilkan outcome yang lebih baik dan tidak perlu jauh jauh ke rumah sakit.
Lesson Learnt untuk Indonesia
Setelah JKN berjaln selama hampir 3 tahun, rasanya perlu dilakukan evalusi terkait equity. Hal in menjadi penting karena variasi sosial ekonomi dari Indonesia, dan seluruh layanan dan infrastruktur terkonstrasi di Jawa. Beberapa hal yang berpotensi untuk diadopsi antara lain adalah terkait earmarked tax, peningkatan kapasitas yang telah propoor, dan meningkatkan akses kepada rumah sakit baik dalam bentuk kompensasi atau peningkatan infrastruktur.