Hari 1: The 11th World Congress of International Health Economics Assossiation (iHEA)


Session: Health Economic and Nutritions
By: Siwi Padmawati


Di hari pertama (12/7/2015) pergelaran iHEA 2015, telah dilakukan sesi concurrent session dengan tema Health Economics and Nutritions.  Perwakilan PKMK secara khusus menuliskannya untuk Anda. Simak selengkapnya pada uraian berikut:

Sesi ini merupakan sesi “Tobacco Economics” yang mempresentasikan paper dari tiga  pemateri yaitu 1) The unexpected cigarette supply shock and smoking behavior oleh Michio Yuda; 2) Eliciting preferences for water pipe tobacco smoking using a Discrete Choice Experiment (DCE) oleh Ramsi Salloum, dan 3) How do e-cigarettes affect adolescent smoking oleh Abigail Friedman.

Pemateri pertama menjelaskan adanya perubahan perilaku pada perokok ketika supply rokok sangat terbatas karena adanya bencana/gempa di Jepang. Penelitian yang dilakulan mempunyai time frame tahun 2010-2012  yaitu saat  saat terjadi gempa di Jepang. Karena kerusakan dan terputusnya banyak jaringan, maka supply rokok mengalami penurunan drastis.  Para perokok ditanya apakah ada perbedaan jumlah rokok pada saat supply terbatas. Kuesioner diedarkan menggunakan internet. Hasil menunjukkan penurunan jumlah rokok yang dihisap dan meningkatnya orang yang berhenti merokok secara signifikan pada saat gempa dan kemudian naik lagi setelah supply tercukupi atau kembali normal.  Saat supply telah kembali seperti sedia kala, jumlah masyarakat yang berhenti merokok sangat menurun/sedikit. Selain itu rokok domestik dan impor juga berubah secara signifikan pada saat gempa. Michio Yuda kemudian mengaitkan hal ini dengan intervensi yaitu hendaknya pemerintah membatasi supply rokok (asing dan local) dengan menggunakan momen  natural experiment tersebut untuk tidak mengembalikan supply ke angka sebelumnya.

Pada sesi kedua, Salloum mempresentasikan penggunaan DCE untuk meneliti tentang pilihan anak muda untuk menggunakan rokok sisha dibandingkan dengan rokok konvensional (biasa).  Hal yang mendasari penelitian itu adalah banyaknya anak muda Amerika yang menggunakan sisha dan dihubungkan dengan gaya hidup anak muda dan kesukaan berkumpul di café. Berdasarkan studi pendahuluan, atribut yang digunakan dalam instrumen adalah bentuk “sisha” yang menarik, kehidupan café yang menyenangkan, rasa yang bermacam-macam, dan terutama adalah persepsi tentang tembakau yang tidak berbahaya

Ternyata, hasilnya mengejutkan yaitu “sisha” banyak disukai karena tidak ada mereknya, isi nikotin dan juga gambar menyeramkan juga tidak diwajibkan untuk dicantumkan dalam bungkus rokok. Larangan merokok di depan umum juga tidak dilakukan untuk “sisha”. Sementara,  rokok, hampir semuanya dilarang.  Oleh karena itu, penulis memberi rekomendasi bahwa “flavor cigarette” seharusnya dilarang di Amerika. Jika dilihat dari karakteristik seperti jenis kelamin, ternyata wanita lebih memilih produk atau rokok yang tidak ada labelnya dan juga tidak ada “content” yang spesifik.

Presenter yang terakhir membicarakan tentang efek rokok elektronik pada remaja umur 18-25 tahun. Umumnya mereka adalah perokok pemula yang belum mendapat informasi yang cukup tentang dampak buruk rokok dan rokok elektronik atau e-cigarette. Rata-rata remaja menganggap bahwa biaya kesehatan akan menjadi lebih sedikit jika merokok e-cigarette dibanding dengan rokok biasa. Mereka juga menganggap bahwa e-cigarette juga merupakan langkah awal untuk merokok secara regular (untuk menjadi perokok), dan menganggap merokok adalah perilaku yang normal. Mereka juga menganggap bahwa merokok dengan e-cigarette , tidak berbahaya dan tidak perlu dikurangi dampak buruknya.   Penelitian ini mengajukan rekomendasi agar dilakukan pelarangan pembelian rokok pada remaja baik untuk konvensional maupun rokok elektronik. Salah satu bukti penting dalam penelitian ini adalah dukungan dari anak muda sendiri yang mengatakan bahwa jika ada larangan membeli untuk anak muda, maka  jumlah rokok yang akan dihisap menurun secara signifikan.

Dari seluruh presentasi di atas dapat dikatakan bahwa semua penelitian mengkonfirmasi temuan yaitu “rokok dalam bentuk apapun berbahaya bagi semua kelompok.” Oleh karena itu, kebijakan atau aturan yang dijalankan untuk pengurangan prevalensi dan dampak buruk rokok bagi kelompok populasi, seharusnya tidak hanya ditujukan untuk rokok konvensional saja tetapi juga rokok dalam bentuk-bentuk lain seperti “sisha” dan “e-cigarette.” 

back Kembali ke Index Reportase

Reportase lainnya

the-8th-indonesian-health-economist-association-inahea-biennial-scientific-meeting-bsm-2023The 8th Indonesian Health Economist Association (InaHEA) Biennial Scientific Meeting (BSM) 2023 25-27 Oktober 2023 InaHEA BSM kembali diadakan untuk...
gandeng-ugm-dinas-kesehatan-dan-keluarga-berencana-kabupaten-sampang-adakan-pendampingan-tata-kelola-program-kesehatan-di-kabupaten-sampang Kamis, 6 April 2023, Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Sampang bersama dengan Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK-KMK UGM...
diseminasi-buku-petunjuk-pelaksanaan-layanan-hiv-aids-dan-infeksi-menular-seksual-ims-dalam-skema-jknReportase Diseminasi Buku Petunjuk Pelaksanaan Layanan HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS) dalam Skema JKN 22 Desember 2022 dr. Tri Juni...